7+ Contoh Cerita Jenaka


Pak Pandir

Suatu hari Pak Pandir dan Mak Andih sedang berada di rumah. Mereka tidak pergi ke ladang karena hujan. Pak Pandir merasa lapar dan meminta Mak Andih membuatkan makanan. Mak Andih ingat ada pisang muda di dekat dapur. Mak Andih kemudian mengupas pisang itu satu persatu. Karena sudah merasa lapar, Pak Mandir meminta agar Mak Andih mempercepat memasak pisangnya. Karena kesal dengan tingkah Pak Pandir, Mak Andih mempunyai ide. Agar pisang yang masih muda terlihat sudah dimasak, pisang itu dilumurkan pada punggung kuali dan menjadi hitam seperti sudah dibakar. Kemudian Mak Andih memberikan pisang itu kepada Pak Pandir. Melihat pisang itu sepertinya sangat enak, Pak Pandir
langsung mengambil satu dan segera memakannya. Betapa kesalnya Pak Pandir setelah memakan pisang itu ternyata yang hitam terlihat seperti sudah dibakar itu ternyata adalah arang pada punggung kuali dan pisangnya juga masih muda.

Related




Pak Kadok

Pak Kadok tinggal di sebuah negeri Chempaka Sari, dimana rajanya bergelar Indera Sari. Rajanya gemar menyabung ayam. Suatu hari, raja akan mengadakan pesta dengan menyabung ayam dan Pak Kadok berencana akan mengikutinya. Pak kadok pun membeli kertas dan menyuruh isterinya untuk membuat sebuah baju. Pak Kadok menyuruh agar bajunya tidak perlu dijahit, tetapi dilem saja. Walaupun Pak Kadok orang miskin, akan tetapi dia suka bergaya.

Pak Kadok pergi ke istana dengan membawa ayam kebanggaannya yang selalu menang, Biri Si Kunani namanya. Sebelum Pak kadok menyabung ayam, dia diperintah untuk menghadap raja. Raja meminta agar mereka bertukar ayam. Setelah raja merayu Pak Kadok, mereka akhirnya bersepakat untuk bertukar ayam. Kemudian raja menanyakan apa taruhan untuk kali ini. Karena Pak Kadok miskin dan tidak mempunyai apapun, dia menjawab, “Ampun tuanku patik bukannya berharta yang patik ada cuma perkampungan patik saja. Maka jika tidak keberatan izinkan patik gadaikan kampung untuk taruhan kali ini.”

Raja pun menyetujui taruhannya. Setelah masing-masing melepaskan ayam, ternyata Biring Si Kunani menang. Melihat Biring menang, Pak Kadok melompat-lompat kegirangan. Dia lupa jika telah menukar ayamnya dengan ayam milik raja. Karena melompat-lompat terlalu bersemangat, baju Pak Kadok terlepas. Orang-orang menertawakan Pak kadok yang telanjang. Karena merasa sangat malu, Pak Kadok berlari pulang.

“Malang Pak Kadok, ayam menang, kampung tergadai!” kata raja.



Pak Lebai Malang

Suatu hari di sebuah kampung Sumatera Barat hiduplah seorang lelaki tua bernama Pak Lebai. Suatu hari, Pak Lebai mendapat dua buah undangan di daerah yang berbeda. Pak Lebai menjadi bingung. Jika ia pergi ke hulu sungai ia akan mendapat hadiah dua ekor kepala kerbau sedangkan jika ia pergi ke hilir sungai ia hanya mendapat satu ekor kepala kerbau. Pak Lebai segera berganti pakaian dan mengayuh sampannya ke hulu sungai. Namun ia bingung, kemudian ia mengayuh sampannya ke hilir sungai. Lagi-lagi Pak Lebai bingung dan mengayuh sampannya ke hulu sungai. Sesampainya di sana, Pak Lebai bertanya kepada para undangan bagaimana hidangannya. Mereka menjawab kalau kerbau yang dipotong terlalu kurus. Tanpa pikir panjang, Pak Lebai memutar sampannya ke kampung hilir. Namun ternyata pesta yang diadakan sudah berakhir. Karena tidak mau kehilangan kesempatan, Pak Lebai kembali mengayuh sampannya ke hulu sungai. Namun ternyata pestanya juga sudah berakhir. Pak Lebai akhirnya pulang tanpa membawa apapun.

Ketika sampai di rumah, Pak Lebai berfikir untuk pergi memancing dan membawa anjingnya. Ia juga tidak lupa membawa bekal makan siangnya. Sesampainya di sungai, Pak Lebai segera melempar kail, tak lama kemudian ternyata umpannya dimakan seekor ikan. Namun malang, mata kailnya tersangkut batu. Pak Lebai kemudian segera terjun ke sungai dan mengambil ikan yang memakan umpannya. Ketika sampai di dasar sungai, ternyata ikan itu sudah terlepas. Pak Lebai akhirnya kembali tanpa membawa ikan. Menjelang senja, Pak Lebai mulai merasa lapar, namun lagi-lagi ia mendapat sial karena bekal yang dibawanya ternyata sudah dimakan oleh anjingnya.



Pak Belalang

Pak Belalang dengan tiga anaknya hidup sangat kekurangan. Disebut Pak Belalang karena anak tertuanya bernama Belalang. Suatu hari, ia ingin memperoleh makan. Ia menyuruh anaknya untuk menyembunyikan kerbau. Kemudian ingin menyuruh anaknya untuk memberitahukan kepada warga, bagi yang ingin mengetahui di mana kerbau mereka, mereka harus bertanya kepada ayahnya, Pak Belalang. Keberhasilan Pak Belalang menebak tempat kerbau berada membuat ia mendapat beras, padi, tembakau, dan ikan sebagai hadiahnya. Kemudian Pak Belalang terkenal sebagai orang yang pandai bertenung (peramal).

Suatu hari, raja kehilangan tujuh peti berisi barang berharga. Pak Belalang lalu dipanggilnya dan jika ia tidak dapat menebak maka ia akan dibunuh. Sampai di rumah, Pak Belalang berbaring sambil menghitung roti yang dimasak isterinya. Selesai pada hitungan ketujuh dengan takdir Allah muncullah ketujuh pencuri peti raja. Kemudian Pak Belalang membawa ketujuh pencuri ke istana dan menyerahkannya pada raja. Atas keberhasilan itu, Pak Belalang mendapat hadiah banyak sekali dan mendapat gelar ahli nujum dari raja.

Sekali lagi Pak Belalang diancam dengan ancaman bunuh jika ia tidak dapat menebak apa yang ada ditangan raja. Pak Belalang tidak dapat menebaknya. Sambil mengis mengenang anaknya yang bernama Belalang, ia pun berkata, “Matilah aku, tinggallah, anakku, Belalang.” Dan ternyata yang digenggam raja adalah seekor belalang. Setelah itu Pak Belalang ingin mengakhiri sandiwaranya, ia berencana akan membakar rumahnya dan mengatakan pada raja jika surat-surat ilmunya juga terbakar. Sehingga raja tidak akan mengejarnya untuk menebak-nebak lagi. Setelah rumahnya terbakar Pak Belalang tidak bekerja lagi dan ia mendapatkan semua kebutuhan hidupnya dari raja secara gratis.



Abu Nawas dan Pukulan yang Menjadi Dinar

Pada suatu hari Abu Nawas datang ke istana. Ia bercerita dengan sultan dengan gembira. Tiba-tiba sultan menyuruh Abu Nawas membawa ibunya ke istana. Jika ia berhasil, sultan akan memberinya hadiah seratus dinar. Abu Nawas tak menyangka jika sultan menyuruhnya untuk membawa ibunya, padahal sultah tahu kalau ibunya sudah meninggal. Namun Abu Nawas tetap menyanggupinya.

Abu Nawas kemudian pergi menyusuri kota untuk mencari seorang ibu angkat. Kemudian ia bertemu seorang penjual kue apem dan meminta ibu itu untuk menjadi ibu angkatnya. Abu Nawas menceritakan tentang perintah sultan dan berjanji akan membagi dua hadiah itu. Ibu itupun menyetujuinya. Setelah itu Abu Nawas menyerahkan tasbih dan menyuruh ibu itu untuk terus menghitung biji tasbih meskipun di depan sultan dan jangan menjawab pertanyaan yang diajukan sultan.

Keesokan harinya Abu Nawas datang ke istana dengan menggendong wanita tua. Setelah duduk, ibu itupun menghitung biji tasbih tanpa henti dan tidak pernah menjawab pertanyaan dari sultan. Sultan merasa tersingggung karena ibu itu tidak menjawab pertanyaannya satupun. Abu Nawas berkata, “Ya tuanku Syah alam, suami ibu patik ini 99 banyaknya. Beliau sengaja menghafal nama-nama mereka satu persatu, dan tidak akan berhenti sebelum selesai semuanya.”

Begitu mendengar pernyataan Abu Nawas, ibu itu marah dan memohon ampun karena telah membohongi sultan. Sultan hanya tertawa mendengar pengakuan dari ibu itu dan menyuruh pengawalnya memukul Abu Nawas seratus kali karena tidak dapat memenuhi janjinya. Abu Nawas mengatakan kalau hadiah yang diterimanya akan dibagi dua dengan ibu itu. Jadi jika dia mendapat hukuman seratus kali pukulan, ibu itu juga harus mendapat lima puluh kali pukulan. Karena merasa kasihan kepada ibu itu, sultan akhirnya memberikan uang lima puluh dinar dan berpesan agar tidak mudah percaya kepada Abu Nawas. Abu Nawas merasa perlakuan sultan tidak adil, ia berkata, “Ya tuanku Syah Alam, ampun beribu ampun, jika ibuku telah mendapat anugerah dari paduka, tidak adil kiranya bila anaknya ini dilupakan begitu saja.”

Sambil tersenyum sultan memberi lima puluh dinar kepada Abu Nawas. Semua orang tertawa dalam hati.

Becak Dilarang Masuk

Ada seorang tukang becak asal Madura yang kepergok seorang polisi ketika memasuki kawasan “Becak dilarang masuk”.

Tukang becak itu nyelonong, dan polisi pun datang menyemprit.

“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Becak tak boleh masuk jalan ini,” kata polisi itu membentak.

“Oh saya lihat pak, tapi itu kan gambarnya becak kosong tidak ada orangnya. Becak saya kan ada orangnya, berarti boleh masuk,” jawab si tukang becak.

“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah gambar itu kan ada tulisan becak dilarang masuk!” bentak Pak polisi lagi.

“Tidak pak, saya tidak bisa baca. Kalau saya bisa baca ya saya pasti jadi polisi seperti sampeyan, bukan jadi tukang becak begini,” jawab si tukang becak cengengesan.

Anak SD Mau ke Surga

Suatu ketika, sejumlah murid salah satu kelas di SD sedang menjalani pelajaran agama. Dengan penuh semangat, seorang guru bernama Udin sedang memberikan pelajaran yang membahas mengenai surga. Usai memberikan penjelasan mengenai surga, sang guru lantas memberikan pertanyaan kepada seluruh muridnya. Berikut percakapannya:

“anak-anak, siapa yang mau masuk surga?” tanya Udin.

“Saya pak, saya,” teriak seluruh murid.

Dari seluruh anak yang mengajukan diri, rupanya ada satu murid bernama Ucok tidak ikut berteriak. Hal itu membuat sang guru kembali bertanya.

“Yang mau masuk surga tunjukkan tangannya,” tanya Udin lagi.

“Sayaa,” teriak para murid berlomba-lomba mengangkat tangannya.

Lagi-lagi, Ucok tetap diam tak bergeming. Demi memacu semangat muridnya, dia pun kembali bertanya.

“Yang mau masuk surga ayo berdiri.”

Mendengar itu, seluruh murid berdiri, kecuali Ucok yang tetap diam dan malah disibukkan dengan bukunya sendiri.

Merasa ada murid yang tak bersemangat, Udin pun menghampiri Ucok dan bertanya, “Cok, kamu mau masuk surga enggak?”

“Mau dong pak!” jawab Ucok.

“Terus kenapa kamu enggak berdiri?” lanjur Udin penasaran.

“Lha, memangnya mau berangkat sekarang pak?”

Abu Nawas Mau Terbang (Timur Tengah)
Penduduk gempar. Abu Nawas mengatakan bahwa dirinya mau terbang. Hal itu membuat sebagian penduduk percaya akan kehebatan Abu Nawas.

“Benarkah kau mau terbang?” tanya seorang pemuda.

“Ya, aku mau terbang,” jawab Abu Nawas.

Berita tentang mau terbangnya Abu Nawas pun menyebar. Penduduk penasaran, apakah Abu Nawas akan benar-benar terbang. Hal itu terdengar sampai ke telinga Raja. Raja lalu memanggil Abu Nawas untuk memastikan kebenarannya.

“Berita tentang kau yang man terbang membuat penduduk heboh, bahkan sampai ke luar negeri. Apakah benar kau mau terbang, Abu Nawas?” tanya Raja.

“Ya Raja, itu benar. Aku memang mau terbang,” ucap Abu Nawas, mantap.

“Apakah kau berbohong?” Raja memastikan.

“Aku tidak berbohong, Raja. Aku mau terbang hari Jum’at besok, di tempat tertinggi di negeri ini,” ucap Abu Nawas.

“Baiklah kalau begitu, biar prajurit yang akan mengumumkannya kepada rakyat. Tetapi awas, jika kau berbohong, maka kau akan dihukum mati,” balas Raja.

Tepat pada hari Jum’at, semua penduduk sudah berkumpul. Mereka ingin menyaksikan Abu Nawas terbang.

“Hebat sekali Abu Nawas,” ucap salah satu penduduk.

“Terbanglah kau Abu Nawas. Paling-paling kau akan terjatuh lalu mati. Jika tidak, kau akan mendapatkan hukuman mati dari raja. Jadi itu sama saja untukmu,” ujar penduduk lainnya.

Abu Nawas naik ke atas bangunan yang paling tinggi. Semua penduduk dan Raja menyaksikannya dengan penasaran. Sesampainya di atas bangunan tertinggi, Abu Nawas tersenyum. Ia lalu mengepak-ngepakkan tangannya seperti mau terbang.

Penduduk menjadi jengkel. Abu Nawas tak juga terbang. Ia hanya seperti orang mau terbang.

“Hai, Abu Nawas, kenapa kau bohongi kami?!” seru Raja.

“Hamba tidak berani berbohong, Raja. Hamba memang mau terbang. Apakah kalian melihat saya mau terbang?” tanya Abu Nawas kepada penduduk.

“Iya, kami melihat kau seperti mau terbang. Namun, kau tak terbang-terbang,” seru penduduk.

“Nah, benar kan, hamba tidak berbohong. Hamba hanya mau terbang, tetapi ternyata hamba tak bisa terbang,” ucap Abu Nawas kepada Raja.

Raja dan penduduk tak bisa menyalahkan Abu Nawas. Abu Nawas memang berkata benar. Raja hanya tertawa medengar penjelasan Abu Nawas. Rupanya, sekali lagi, mereka terkecoh oleh Abu Nawas.

Pesan moral dari Cerita Abu Nawas Paling Lucu : Abu Nawas Mau Terbang (Timur Tengah) adalah jangan telan mentah-mentah ucapan orang lain. Pikirkan matang-matang sebelum menyimpulkan.


Singa Bodoh dan Kelinci Pintar

Suatu hari, hiduplah seekor singa yang sangat serakah. Semua binatang di hutan takut padanya karena setiap hari ia selalu membunuh binatang lain untuk disantap, tak peduli ia sedang lapar atau tidak.

Binatang-binatang yang ada di hutan itupun memutuskan untuk menawarkan satu binatang sebagai santapan singa setiap harinya. Mereka menemui singa dan berkata, “Tuan, tolong dengarkan permintaan kami. Jika Tuan terus membunuh binatang-binatang di sini, maka tidak akan ada lagi yang tersisa. Kami minta Tuan tetap di tempat saja. Setiap hari, kami akan memberi satu binatang untuk disantap. Dengan begitu, Tuan tidak harus lelah berburu.”

Singa pun akhirnya setuju. Jadi, setiap harinya akan ada satu binatang yang dipilih untuk dikirimkan kepada singa.

Kebetulan, hari pertama kelinci lah yang terpilih. Tapi, kelinci itu tidak mau menjadi santapan singa. Dengan kecerdasannya, ia berencana untuk membuat singa itu kelaparan agar bisa dibunuh.

Sebelum memulai perjalanan menemui singa, kelinci bangun sangat siang. Dia berjalan pelan menuju tempat singa berada. Bahkan dia sempat tidur di jalan dan kemudian sampai di tempat singa menjelang malam.

Singa menjadi sangat marah dan tidak sabar. Saat dia melihat seekor kelinci kecil, dia mengaum, “Aku sudah menunggu seharian dan binatang yang dikirim ternyata kamu! Kamu terlalu kecil untuk kumakan. Aku harus memberi pelajaran untuk semua binatang di sini!”

Kelinci kemudian menenangkannya, “Tuah, bolehkah aku mengatakan sesuatu? Binatang-binatang itu sebenarnya mengirim enam kelinci untuk Tuan santap. Tapi, di jalan mereka dimakan oleh singa lain. Padahal kami bilang Tuanlah yang menjadi Raja kami. Tapi, dia mengatakan kalau Tuan harus meninggalkan hutan ini, kalau tidak dia akan membunuh Tuan.”

Mendengar itu, singa menjadi sangat geram. Dia meminta kelinci untuk membawanya ke tempat singa lain itu agar bisa membunuhnya.

“Dia tinggal di benteng itu, Tuanku,” kata si kelinci.

Singa pun pergi ke sana dan melihat bayangannya sendiri di air. Dia mengira itu adalah singa lain. Dia mengaum marah dan mendengar gema suaranya yang dikira adalah suara singa lain.

Dia melompat ke dalam untuk membunuhnya, tapi kepalanya membentur batu dan dia terjatuh ke dalam air kemudian tenggelam. Kelinci kecil itupun berlari dan menceritakan ke binatang lain kalau dia sudah menyelamatkan hutan.

Pelajaran pertama yang bisa diambil dari cerita dongeng anak lucu ini adalah jangan biarkan lapar menguasai emosimu. Nah, kalau adik kamu malas makan, beri aja dia dongeng humor di atas ini.

Kasih tahu dia kalau nggak mau makan, nanti dia bakal kelaparan. Kalau udah kelaparan nanti bisa jadi nggak pinter. Dijamin deh, setelah itu dia jadi mau makan.

Seekor Keledai dan Serigala
Dahulu kala, hiduplah seorang buruh cuci yang mempunyai seekor keledai. Pada siang hari, si keledai membantu sang pemilik dan pada malam harinya ia dilepas untuk menikmati udara malam. Keledai menggunakan kesempatan tersebut untuk pergi ke ladang terdekat dan memakan sayuran segar di sana.

Dari serangkaian perjalanan malamnya tersebut, ia bertemu dengan seekor serigala. Karena sering bertemu, keduanya pun menjadi teman. Hingga pada suatu hari, serigala mengajak keledai untuk mengunjungi sebuah ladang yang penuh dengan mentimun segar yang dan letaknya juga tidak jauh.

Sesampainya di ladang tersebut, mereka banyak sekali makan mentimun. Hal itu membuat hati si keledai begitu senang.

“Serigala, aku sangat bahagia sekali hari ini. Lihatlah bulan purnama itu, ia sangat cantik, kan? Ia membuatku ingin sekali bernyanyi.”

Serigala mengatakan padanya bahwa itu merupakan ide yang buruk mengingat mereka tidak seharusnya berada di ladang tersebut. Lebih baik jangan membuat suara karena akan membuat mereka ketahuan. Namun, keledai tidak mengindahkannya dan tetap menyanyikan sebuah lagu.

Karena tak mau ketahuan, serigala pergi keluar dengan dalih akan berjaga jaga apabila si petani datang. Tak lama kemudian, petani yang mendengar suara keledai pun bergegas menuju ke tempat tersebut. Ia pergi kesana dengan membawa tongkat dan batu. Lalu, keledai dipukul dan dilempari hingga lebam.

Keledai itu berjalan pincang keluar dari ladang tersebut. Saat ia mendekat, serigala pun berkata “Keledai, kamu bernyanyi sangat bagus. Tak heran jika petani itu memberimu hadiah.”

Bagaimana, Bun? Menarik tidak jika cerita lucu anak-anak yang satu ini diceritakan kepada si kecil? Tak hanya menghibur, tapi Bunda juga bisa mengajarkan pesan hidup yang bermakna, lho.

Cerita lucu untuk anak ini mengajari si kecil untuk tidak mudah mempercayai perkataan orang lain. Apalagi jika diajak untuk melakukan perbuatan tidak terpuji, seperti mencuri.

Jangan sampai seperti keledai yang mau begitu saja diajak oleh serigala melakukan hal yang buruk. Sepandai apapun orang menutupi perbuatan buruknya, nanti pasti akan ketahuan juga.

Related Posts

1 Response to "7+ Contoh Cerita Jenaka"

  1. 7+ Contoh Cerita Jenaka - Drive Tugas >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    7+ Contoh Cerita Jenaka - Drive Tugas >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    7+ Contoh Cerita Jenaka - Drive Tugas >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel